sistem transportasi pada bangunan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
          Karya – karya hasil rancangan para arsitek pada dasarnya harus dapat dipakai, dihuni dan dinikmati oleh manusia sebagai pengguna, oleh karena itu harus dapat berfungsi dengan baik, tidak hanya indah dipandang sebagai suatu karya seni, akan tetapi juga diperhatikan struktur dan jaringan utilitasnya.
          Di era yang makin modern ini,seiring perkembangan teknologi serta pertumbuhan penduduk yang makin maju dengan pesatnya, pembangunan gedung tingkat tinggi makin mendominasi. Hal ini dikarenakan kebutuhan ruang semakin banyak sementara lahan yang tersedia semakin terbatas.
          Salah satu masalah yang muncul ketika seorang perancang memikirkan suatu perancangan gedung bertingkat banyak adalah masalah transportasi, khususnya transportasi manusia di dalam gedung.
          Sarana transportasi di dalam gedung dibutuhkan untuk mempermudah sirkulasi manusia sebagai konsumen atau pemakai. Tanpa adanya transportasi dalam gedung bertingkat, akan mempersulit hubungan antara level lantai atau tingkatan.
Yang termasuk dalam transportasi dalam gedung antara lain, tangga, escalator, conveyor dan lift/elevator.
Kota Kupang sebagai ibukota propinsi yang sedang berkembang tidak terlepas dengan menghadirkan bangunan – bangunan tingkat banyak.  Gedung Keuangan  sebagai salah satu gedung yang tertinggi di Kota Kupang dan menyediakan sumber belajar bagi mahasiswa dalam memahami jaringan utilitas, khususnya transportasi dalam gedung, menjadikan gedung keuangan sebagai  obyek kasus kali ini.

1.2   Identifikasi Masalah
Bagaimana memahami dan mendesain sistem jaringan utilitas khususnya transportasi dalam gedung  sebagai pelengkap sarana dan prasarana penunjang aktivitas dalam sebuah gedung bertingkat banyak.

1.3   Rumusan Masalah
*     Apa itu transportasi dalam gedung dan macam – macamnya.
*     Bagaimana mengetahui jaringan utilitas transportasi dalam gedung.
*     Bagaimana mengaplikasikan tangga, escalator, konveyor maupun lift dalam perancangan.

1.4   Tujuan dan Sasaran
a.  Tujuan
Agar dapat mengetahui, memahami dan mengaplikasikan system jaringan utilitas dalam desain khususnya transportasi dalam gedung bertingkat banyak.

b.  Sasaran
*      Mengetahui dan memahami system transportasi dalam gedung dan jenis – jenisnya.
*      Mengetahui jaringan utilitas, khususnya system transportasi dalam gedung.
*      Dapat mengaplikasikan tangga, escalator, konveor dan lift dalam perancangan gedung bertingkat banyak.

1.5   Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dibatasi pada jaringan utilitas khususnya system transportasi dalam gedung.

1.6   Metodologi
*      Metode Pengumpulan Data
·         Pengumpulan Data Sekunder
Studi yang dilakukan dengan cara : mencari buku  atau majalah yang memuat gambar–gambar atau sketsa yang berkaitan dengan sistem transportasi dalam gedung.
·         Pengumpulan Data Primer
Dilakukan dengan cara survey obyek kasus, dalam hal ini Gedung Keuangan Negara , Propinsi NTT.

*      Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini yaitu :
·                  Metode kualitatif, yaitu dengan menggunakan argumentasi atau pemikiran secara logika serta berkaitan dengan persyaratan–persyaratan dan kriteria tertentu yang digunakan dalam menganalisa obyek.


·                     Metode deskriptif.
a.            Dengan menjelaskan, memaparkan tentang teori – teori yang berkaitan dengan system transportasi dalam gedung.
b.            Menjelaskan karakteristik obyek study kasus system transportasi dalam gedung dalam bentuk gambar – gambar yang dijadikan sebagai bahan studi kasus.

1.7   Sistematika Penulisan
       Adapun system penulisan yang dipakai adalah sebagai berikut :
          BAB I          :         PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
1.2         Identifikasi masalah
1.3         Rumusan Masalah
1.4         Tujuan dan Sasaran
1.5         Ruang Lingkup
1.6         Metodologi
1.7         Sistematika Penulisan
          BAB II        :         TINJAUAN TEORI
                                      2.1     Tangga
                                      2.2     Tangga Berjalan ( Eskalator )
                                      2.3     Conveyor
                                      2.4     Elevator ( Lift )
          BAB III      :         TINJAUAN STUDY KASUS
          BAB IV        :         KESIMPULAN DAN SARAN


BAB II
TINJAUAN TEORI

       Suatu bangunan yang besar dan tinggi memerlukan suatu alat angkut/transportasi untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang dalam bangunan tersebut. Alat transportasi merupakan sarana yang dimanfaatkan manusia dalam memperlancar aktifitas dalam hal ini sirkulasi perpindahan.
 Alat transportasi dibagi atas dua garis besar yakni di dalam gedung dan di luar gedung. Yang termasuk di luar gedung antara lain jalan, baik itu jalan setapak ataupun jalan raya, kendaraan dan sebagainya. Tetapi yang akan dibahas disini adalah transportasi di dalam gedung, khususnya untuk gedung bertingkat. Transportasi pada gedung bertingkat diantaranya;
*      Transportasi vertical, berupa elevator atau lazim dikenal dengan nama lift.
*      Horizontal, berupa konveyor.
*      Diagonal, berupa tangga dan escalator.
2.1      Tangga (stairs)
Tangga merupakan alat tranportasi dalam gedung yang paling konvensional. Dalam merencanakan tangga terdapat beberapa unsur yang paling penting dan patut dicermati, yakni kenyamanan, keamanan dan keindahan.
Aman dalam hal ini tangga yang direncanakan dibuat dengan  konstruksi yang kokoh sehingga mampu menampung beban manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila, tangga mudah dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat  menapakinya. Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat mendukung tampilan ruang secara keseluruhan, baik itu proposi ukuran maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.
Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap – trap) yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antar  lantai tingkat.
Syarat – syarat peletakan tangga :
Ø  Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.
Ø  Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
Ø  Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya harus diletakan dekat pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung menuju halaman luar.
          Enam Pendukung sytem struktur Tangga.








a)    Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tidak mengalami penurunan atau pergeseran. Maka, di bagian pangkal tangga bawah harus diberi pondasi.
Pondasi tangga dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang ataupun kombinasi kedua bahan tesebut. Pada lantai bertingkat, di bawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku plat, agar lantai tidak menahan beban tepusat yang besar.













b)   Ibu tangga
Ibu tangga merupakan bagian konstruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan konstruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunanya, tetapi boleh juga dibuat terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan.


c)    Anak tangga.
Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk bertumpunya telapak kaki. Anak tangga dipasang secara teratur, agar aman dilalui oleh pengguna. Bentuk dan lebar serta selisih tinggi masing- masing anak tangga harus dibuat sama.



Anak tangga dapat dibuat secara terus menerus bersambungan dari bawah sampai atas. Bila menghendaki variasi bentuk lain, anak tangga dapat juga dibuat secara terpisah dengan bentuk sesuai selera.









d)   Pagar tangga.
Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk melindungi pemakai agar tidak terpeleset jatuh atau untuk pegangan saat menaiki tangga tersebut.











Pada sisi tangga yang berbatasan langsung dengan tembok tidak perlu memasang pagar tangga, tapi disisi lain yang bebas harus diberi pagar.









Bentuk pagar tangga dapat dibuat dengan berbagai motif, yang paling sederhana cukup dibuat dari papan yang dipakukan pada tiang- tiang yang ditanam pada anak tangga.  Apabila menghendaki bentuk yang artistic, bisa digunakan kayu yang diukir atau batang baja kecil yang dibentuk berbagai bentuk.












e) Pegangan Tangga
          Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang anak tangga  sebagai tempat bertumpunya tangan bagi orang yang naik turun tangga agar merasa aman.
          Bentuk dan ukuran pegangan dibuat agar terasa enak dan pas oleh genggaman telapak tangan. Bentuk yang umum dibuat adalah bulat atau oval dengan diameter 4-5 cm, bila dipakai bentuk persegi ukurannya adalah 4x6 cm.
          Pegangan tangga dipasang bertumpu pada tiang-tiang pagar tangga. Untuk menahan dorongan orang pada pegangan tangga, maka tiang- tiang ini harus ditanam kuat pada anak tangga atau ibu tangga, agar tidak mudah roboh ke samping.
          Pada sisi yang berbatasan dengan dinding, pegangan tangga dapat bertumpu pada begel yang ditanam pada dinding. Sela bebas antara pegangan tangga dengan dinding minimal 4 cm, agar tangan tidak sampai bergesekan dengan dinding. Tinggi pegangan tangga dibuat 80 cm diukur dari permukaan anak tangga.











f)  Bordes
          Bordes adalah plat datar diantara anak- anak tangga, berguna sebagai tempat untuk beristirahat sejenak ketika melakukan aktifitas naik turun tangga. Dari segi kenyamanan, aturan baku pembuatan tangga, setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga ( setinggi 1,5 – 2 m) harus dibuat bordes (landing).

          Bordes dapat dipasang pada tangga lurus yang terlalu panjang atau pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang berbelok. Bordes dapat dibuat lebih dari satu, apabila arah berbelok tangga lebih dari dua kali.
          Lebar bordes ideal untuk bangunan rumah tinggal, 80- 100 cm, sementara untuk bangunan umum  120-200 cm.

*     Ragam Bentuk Tangga
     Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dengan ruangan yang tesedia. Selain itu bentuk tangga dibuat indah dan serasi dengan interior ruangan, agar suasana yang dihasilkan terlihat artistic dan harmonis.
     Bentuk tangga ada bermacam- macam, karena tangga tidak hanya merupakan  jalan untuk naik turun antara lantai bertingkat, melainkan juga suatu elemen keindahan dalam interior rumah.











a)   Tangga Lurus
          Merupakan bentuk tangga paling konvensional dan mudah dikerjakan. Model tangga dari bawah langsung menuju ke atas dalam satu garis/ arah. Lebar ruang tangga yang dibutuhkan hanya selebar anak tangga saja, tapi memanjang sesuai jumlah anak tangganya. Tangga lurus cocok digunakan untuk beda tinggi lantai yang kecil.
          Tangga lurus biasanya digunkan pada rumah luas, berbentuk memanjang seperti lorong yang beratap sedang/ rendah. Dalam pengaplikasiannya, tangga lurus membutuhkan tempat yang lebih banyak secara horizontal. Penggunaan bentuk ini menghasilkan ruang bawah tangga yang cukup luas sehingga dapat dimanfaatkan menjadi ruang tertentu.


b)   Tangga Miring (berzig- zag)
Tangga miring mempunyai ibu tangga yang lurus, tetapi beberapa anak tangganya dibuat miring (zig- zag), biasanya pada anak tangga pertama sampai beberapa anak tangga berikutnya, atau pada bagian peralihan arah dibuat berzig- zag. Anak tangga yang miring mempunyai lebar tidak sama, bagian sisi dalam lebarnya lebih kecil dari pada sisi luar. Tangga miring hanya bersifat menambah nilai artistiknya saja.

c)    Tangga Lengkung
    Tangga lengkung mempunyai nilai seni yang tinggi, tapi untuk membuatnya cukup sulit dan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kesalahan kecil yang dibuat menghasilkan bentuk yang gagal dan membuat suasana ruang menjadi jelek.
    Kekuatan konstruksi tangga lengkung terletak pada bagian pangkal bawah dan ujung atas, dibagian tengah tidak diberi tumpuan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga nilai seninya agar tidak hilang dan menonjolkan bentuk kelengkungannya.







d)   Tangga Siku
    Tangga siku adalah tangga lurus yang berbelok arah atau mengalihkan arahnya dengan menggunakan bordes. Arah beloknya dapat satu kali atau lebih tergantung kebutuhan.
    Tangga siku dipakai apabila kebutuhan ruang yang panjang tidak tersedia.
    Bordes diletakan pada sudut pertemuan arah. Ruang bawah Bordes dapat dimanfaatkan sebagai gudang atau km/wc, dengan syarat tinggi dibuat minimal 2m atau lebih. Ada suatu konstruksi tangga yang bordesnya tidak mempunyai tumpuan, jadi seolah- olah melayang. Kekuatan konstruksinya terletak pada pangkal dan ujung atas dengan dukungan jepit- jepit. Jadi bordes yang dihasilkan merupakan konstruksi Cantilever. Tangga ini dinamakan konstruksi ”Tangga Layang” (free standing stairs).
 








e)   Tangga Lingkar (spiral)
    Tangga lingkar mempunyai poros. Porosnya terletak ditengah sebagai pusat lingkaran, semua anak tangga melekat pada poros ini hanya pada suatu sisi, sedangkan sisi lainya bebas, jadi merupakan konstruksi Cantilever.
    Bentuk poros dapat berupa lingkaran atau segi delapan, berdiri tegak diatas pondasi yang lebar dan berat agar mempunyai kekuatan dan kestabilan sebagai pendukung anak- anak tangga.
    Tangga lingkar cocok dipakai untuk tangga pribadi atau tangga darurat, tidak memerlukan ruang banyak jadi cukup menghemat ruang.


















*     Konstuksi Tangga
    Selain diperhatikan nilai estetisnya, tangga yang dibuat harus memiliki konstruksi yang kuat dan stabil. Tangga merupakan jalan penghubung ke lantai tingkat jadi, kerusakan pada tangga berarti menutup jalan ke atas.
       Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya, hanya saja akan mengalami kerugian apabila terjadi penurunan pada bangunan menyebabkan perubahan sudut kemiringan tangga.
    Bila konstruksi tangga dibuat terpisah secara structural dengan rangka bangunannya, dapat dibuatkan pondasi sendiri, rangka tangga tidak menempel pada dinding, tapi diberi sela kurang lebih 5 cm.


Lima model Konstruksi Tangga:
1)  Satu anak tangga tertanam di dinding; konstruksi ini disebut cantilever, kekuatan tangga terletak pada jepitan antara anak tangga dan dinding.
2)  Tangga Spiral; bertumpu pada satu tiang utama ditengah, anak tangga menempel pada tiang utama dan berkonstruksi Cantilever.










3)  Balok induk tengah; kekuatan tangga terletak pada satu balok induk di tengah yang letaknya tersembunyi dibawah anak tangga.








4)  Balok induk kedua sisi; sturuktur utama ada disebelah kiri dan kanan.










5)  Badan tangga sebagai struktur utama; perkuatan tangga ada disetiap bagian pada badan tangga yang saling menyatu menjadi satu kesatuan yang utuh.











*            Material Tangga.
       Tangga kayu, paling mudah dikerjakan dan cukup murah harganya. Bahannya ringan sehingga tidak membutuhkan rangka pendukung yang besar. Bentuk bahan yang alami dapat menambah kesejukan suasana ruang.
       Tangga beton bertulang, bentuknya dapat menambah kesan mewah pada ruangan. Konstruksi yang kuat dan awet menjamin tidak cepat rusak. Bahan tahan api, sangat cocok untuk bangunan umum dan bangunan berlantai tiga atau lebih.
       Tangga baja dapat memberi kesan fulturistik. Penonjolan dengan permainan warna mencolok dan dominan, sehingga menjadi vocal point pada ruangan tesebut.

*      Hitungan Tangga.
       Tangga yang aman dan nyaman berarti sipemakai tidak merasa khawatir saat berjalan naik turun tangga. Merencanakan tangga yang nyaman harus memperhatikan syarat dan hitungan dalam merencanakan tangga.
1)  Anak Tangga
o  Panjang anak tangga.
Untuk rumah tinggal, panjang anak tangga dapat dibuat 80cm, untuk bangunan umum 120cm-200cm,bila tangga menghubungkan ruangan yang jarang dilalui lebarnya cukup 60cm-70cm.
Panjang  anak tangga dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah orang yang berdiri sejajar/ berpapasan dengan satu anak tangga:
-    Untuk 1 Orang    :lebar diambil 60cm-70cm.
-    Untuk 2 Orang    :2 X60cm=120cm
-    Untuk 3 Orang    :3X60cm=180cm
           
o  Ukuran dan Lebar Anak Tangga
Untuk ukuran lebar dan tinggi anak tangga ditentukan dengan rumus untuk mencapai kenyamanan yang ideal, ukuran lebar anak tangga pada rumah tinggal 20cm-33cm, sementara tinggi anak tangga 15cm-18cm.
2t +l =60-65
                        Ket:  T =tinggi anak tangga (optrede)
L = lebar anak tangga (antrede)
Rumus tersebut didasarkan pada :
ü  Satu langkah datar antara 60cm-65cm
ü  Untuk melangkah naik perlu tenaga 2x lebih besar dari pada melangkah datar.
Jika  2t + l > 65cm , maka tangga yang dihasilkan sangat curam sementara jika   2 t + l <60cm  maka tangga akan sangat landai.
2) Kemiringan Tangga.
Ukuran kemiringan tangga (dalam derajat) adalah perbandingan tinggi tangga (lantai bawah dan lantai atas) dengan panjang tangga (ruang yangdibutuhkan tangga)
Koofisien kemiringan tangga dapat dihitung dengan rumus.
Ket: Z = koofisien kemiringan tangga
Y = tinggi tangga (cm)
X = panjang tangga (cm)
Apabila koofisien kemiringan (Z) = 1 berarti Y=X dan membentuk sudut

Berdasarkan kemiringannya tangga dibedakan atas:
-    Lantai miring, 6°  - 20°                         Z= 0,1 – 0,36.
-    Tangga landai, 20°- 24°                             Z= 0,36 – 0,44
-    Tangga biasa, 24°  - 45°                           Z = 1,0 – 3,7
-    Tangga curam, tangga hemat, 45°- 75°      Z = 1,0 – 3,7
-    Tangga naik, tangga tingkat, 75° - 90°       Z > 3,7
3) Kebutuhan Ruang Tangga.
  Untuk tangga tanpa bordes, ukuran panjang tangga didapat dari selisih ketinggian antara lantai dibagi dengan anak tangga dan kemudian dikalikan dengan ukuran lebar anak tangga
                                   



Rumus :
Panjang tangga = (  (h2 – h1)/t – 1 ) x l
Contoh perhitungan:
Panjang tangga:
          = (  300/15-1) x 25)
          = 19 x 25
          =475 cm atau 4,75 m

2.2    Tangga Berjalan (Eskalator)
                                                    
               Selain tangga permanent, banyak juga yang menggunakan tangga yang digerakan oleh mesin, disebut, Tangga gerak/ tangga berjalan (Eskalator).  Eskalator merupakan suatu alat angkut yang menitikberatkan pada pengangkutan orang dari lantai bawah kea rah miring lantai diatasnya.
            Eskalator bergerak naik atau turun untuk membawa penumpang tanpa harus melangkah. Harga dan biaya operasional escalator ini cukup mahal, sehingga hanya efektif diaplikasikan pada bangunan komersil.
            Eskalator hanya dapat bergerak satu arah saja, naik atau turun. Apabila menghendaki kedua arah, eskalator dapat dipasangkan secara pararel, satu untuk naik dan satu untuk turun. Sangat berbahaya bila orang melangkah ke arah berlawanan dengan arah gerakan tangga ini, karena mudah tergelincir.

                                                             








§     Ukuran Standar
          Umumnya Eskalator dipasang dengan kemiringan >10  atau sesuai standart perbandingan antara datar dan ketinggian 30° – 35°.  Panjang Eskalator disesuaikan dengan kebutuhan; lebar untuk 1 orang 60cm. dan untuk 2 orang  100cm – 120cm.
Menurut peraturan yang diterapkan di Inggris, sudut ketinggian dieskalator dibatasi hingga 30°, apabila tangga tidak lebih dari 6 M dan kecepatan 0,5 m/dtk.
  Dalam keadaan tertentu sudut tersebut tidak boleh lebih dari 30º . Menurut standar Inggris (BS), lebar tangga max 1050 cm dan minimal 600cm.
                                               















Struktur Eskalator terdiri atas kerangka baja yang ditumpu dibagian bordes atas maupun bawah.

§     Kapasitas Eskalator
          Hal ini terkait dengan kecepatan orang untuk melangkah ke Eskalator, dimana kecepatan melangkah ini tergantung pada lebar eskalator. Kecepatan eskalator ~ 0,75 m/dtk sehingga peningkatan kecepatan Eskalator akan memperbesar kapasitasnya.
          Berikut adalah daftar yang memperlihatkan perkiraan kapasitas Eskalator yang digunakan dalam satu bangunan dan pemakaian teratur.

Lebar tangga
(m)
Lebar max anatara sandaran tangga (m)
Lebar seluruhnya (m)
Perkiraan kapasitas (orang/menit)
Kecepatan (m/dtk)
0,45
0,60
0,75
0,60
0,85
1,25
65
90
95
0,80
1,05
1,45
95
120
125
1,00
1,25
1,65
125
150
155
“Daftar perkiraan lebar dan kapasitas Eskalator”

          Untuk kebutuhan lainnya dapat digunakan angka standar 60 orang/menit.


















 

  Jika Eskalator ditempatkan pada kompartement anti kebakaran, maka perlu dilengkapi dengan pelindung yang dapat menutup sendiri. Umumnya Eskalator tidak dipakai sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran.    

2.2      Conveyor
        Conveyor adalah satu alat angkut untuk orang ataupun barang dalam arah mendatar (horizontal). Conveyor hampir mirip dengan Eskalator, hanya saja dipasang dalam keadaan datar ataupun miring pada derajat <10°.

                               














      Alat ini berupa suatu plat tempat ijakan yang terpotong- potong dan dihubungkan satu sama lain dengan rantai dan dinding sebagai alat pegangan. Jarak jangkauan alat ini tergantung dari kebutuhan dengan lebar untuk dua orang.







   


2.3   Elevator ( Lift )
  Elevator sering disebut lift adalah kereta alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu gedung tinggi. Lift dapat dipasang pada bangunan – bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.

       Menurut fungsinya, lift dibagi menjadi :
1.  lift penumpang ( passenger elevator ), digunakan untuk mengangkut manusia.
2.  lift barang ( fright elevator ), digunakan untuk mengangkut barang.
3.  lift uang/ makanan (dump waiters ).
4.  lift pemadam kebakaran, seringkali lift ini juga difungsikan untuk mengangkut barang.
Lift – lift dipasang dalam bangunan, karena sifatnya umum harus mengacu pada peraturan – peraturan daerah. Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang, yang menjadi pokok perhatian antara lain tipe dan fungsi bangunan, banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain itu perlu juga dibedakan kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.


Kapasitas (car/kg)
Jumlah Muatan
Kecepatan
900
1000
1150
1350
13 org
15 org
17 org
20 org
40 m/mnit
60 m/mnit
90 m/ mnit
105 m/mnit







  Makin tinggi bangunannya, makin tinggi pula kecepatanya. Kapasitas, jumlah muatan dan kecepatan untuk masing – masing lift berbeda, tergantung pabrik pembuatnya.

KECEPATAN & BERAT LIFT
     Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lift, ketepatan berangkat dan berhentinya lift harus tanpa sentakan yang mengganggu penumpang, sehingga kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan dalam menggunakan lift.


JUMLAH LANTAI
KECEPATAN LIFT (m/menit)
4 s/d 10
60 – 150
10 s/d 15
180 – 210
15 s/d 20
210 – 240
20 s/d 50
270 – 360
Untuk Rumah Sakit
150 - 210


Ukuran berat tergantung besar dan jumlah penumpang yang dapat ditampung :
*      4 orang – berat 320 kg
*      8 orang – berat 630 kg
*      13 orang – berat 1000 kg

System penggerak dalam elevator juga berbeda – beda, antara lain :
*      System gearless, yaitu  mesin di atas , untuk lift kantor, pertokoan, hotel, apertemen, rumah sakit, dsb.








                             Lift dengan Sistem gearless.
*      System hydrolic, yaitu mesin di bawah, terbatas untuk bangunan dengan 3 – 4 lantai. Sering digunakan untuk lift makanan dan uang.










Lift dengan Sistem Hydrolic.

Karena pemasangan lift baru dianggap efisien setelah tinggi bangunan 4 lantai ke atas, maka system yang digunakan adalah gearless.
KOMPONEN LIFT (RUMAH LIFT)
       Rumah lift dapat dibagi menjadi tiga bagian :
*      Lift pit, tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan buffer beban pengimbang. Karena letaknya paling bawah, lift pit harus dibuat dari dinding yang tidak rembes air. Ukuran luas dan kedalaman tergantung dari ukuran kereta dan kedalamannya dipengaruhi oleh kecepatan lift dan tingginya bangunan.
*      Ruang luncur (Hoistway), tempat meluncurnya sangkar atau kereta lift, tempat pintu – pintu masuk ke kereta lift, tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight), dan tempat meletakan rel – rel peluncur dari kereta  lift dan beban pengimbang. Ruang luncur terbuat dari dinding beton atau bata dengan rangka – rangka tertentu, kecuali untuk lift pemadam kebakaran. Ukuran ruang luncur tergantung dari ukuran kereta lift dan dapat diberi bukaan – bukaan untuk pintu lift. Pintu lift ini sangat mempengaruhi harga lift, mengingat jumlah pintu lift tergantung dari kebutuhan.
Setiap pintu lift diberi tombol – tombol untuk tempat pemberhentian kereta lift dan didalamnya juga terdapat tombol – tombol yang berhubungan dengan pintu di luar.
Tipe – Tipe Hoistway dengan Keretanya.
*      Ruang mesin, tempat meletakan mesin/motor traksi lift, dan tempat panel control (mengatur jalannya kereta). Ruangan ini dilengkapi pengatur udara yaitu exhauster atau alat pendingin, yang berfungsi mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu panas sehingga tidak mempengaruhi kerja panel – panel mesin.

PERLETAKAN LIFT
       Lift sebagai tempat penghubung antara ruang bawah dan ruang atas merupakan suatu tempat yang harus mudah dicapai dari ruangan – ruangan disekitarnya. Oleh karena itu penempatan lift harus tepat sehingga dapat melayani ruangan dibawah dan diatasnya, mudah terlihat, mudah dicapai dan tidak mengganggu segi arsitektur.
       Ada beberapa cara meletakan lift dalam suatu bangunan, antara lain :
*      Lift dipasang berdampingan, jumlah lift yang dipasang maximal 3 unit.









*      Lift dipasang berhadapan,apabila jumlah lift lebih dari 3 unit. Ketika lift dirancang berhadapan timbul maslah mengenai jarak antara lif – lift yang berhadapan, solusinya dengan mengatur sesuai dengan fungsi dan keguanaan dari bangunan tersebut.








BENTUK DAN MACAM LIFT
Bentuk dan macam dan macam lift tergantung dari fungsi dan kegunaan gedung.
a)    Lift penumpang
Lift penumpang dibagi lagi atas 2, yakni :
Ø  Lift Penumpang yang tertutup, merupakan suatu lift untuk menangkut penumpang dengan ukuran, berat dan kecepatan tertentu sesuai dengan fungsi dan kegunaan bangunan. Interior disesuaikan dengan kebutuhan standar atau sesuai dengan keinginan pemilik bangunan. Kecepatan rendah untuk low zone biasanya melayani bangunan bertingkat tidak lebih dari 10 lantai. Kecepatan sedang atau tinggi untuk high zone biasanya melayani bangunan bertingkat lebih dari 10 lantai.
Ø  Lift Penumpang yang transparan, merupakan lift penumpang yang interiornya salah satu bidang atau lebih berupa kaca tembus pandang, hal ini dimaksudkan agar mendapatkan view yang bagus dari pemandangan di luar. Bentuk lift ini bermacam – macam, ada yang segi lima, segi empat, bulat tabung dan sebagainya.

b)   Lift untuk Rumah Sakit
Karena funsinya mengankut orang sakit, ukuran lift biasanya memanjang dan pintu dapat dibuat dua arah atau dua pintu. Interior disesuaikan dengan fungsinya.

c)    Lift untuk Kebakaran / Barang
Ruangannya tertutup dan interiornya sederhana. Khususnya untuk kebakaran, semua peralatan / perlengkapan, rangka dan interiornya harus tahan terhadap kebakaran, minimal 2 jam.  Bukan hanya rangka dari sangkarnya tetapi dinding – dindin luar yang menutupi lubang lift harus juga terbuat dari dinding yang tahan api. Pintu lift terakhir harus menghadap atau dapat dijangkau dari luar bangunan.








Contoh Perletakan Lift Barang

BEBAN PUNCAK LIFT (PEAK LOAD)
            Beban puncak lift diperhitungkan berdasarkan presentasi empiris terhadap jumlah penghuni gedung, yang diperhitungkan harus terangkat oleh lift pada jam – jam sibuk (rush hour)
            Standart presentasi di Indonesia antara lain :
v  Perkantoran ………………………  4% X jumlah penghuni gedung
v  Flat ……………………………………… 3% X jumlah penghuni gedung
v  Hotel …………………………………… 5% X jumlah penghuni gedung
Data – data untuk penaksiran jumlah penghuni gedung
Ø  Perkantoran ………………………… 4 m2/orang
Ø  Flat ………………………………………… 3 m2/orang
Ø  Hotel ……………………………………… 5 m2/orang
Rumus yang digunakan :
L          =          PHC ( a – c )n
b
 



Keterangan :
L = Beban puncak kereta
a = Luas per lantai bangun
c = 5 x N x P x 0,3 = 1,5 NP
N = Jumlah kereta dalam bangunan
P = Kapasitas orang per kereta ( individual car capacity )
   = 80% x  Jumlah penumpang  dalm kereta
n = Jumlah lantai Bangunan.
b = Luas lantai bersih perorang

BUILDING EFFICIENCY_EFISIENSI BANGUNAN
            Efisiensi lantai adalah presentasi luas lantai yang dapat dihuni terhadap luasan lantai kotor. Untuk bangunan perkantoran presentasi efisiensi antara lain :
*            10 lantai                                                  85%
*            20 lantai : lantai 1 – 10                                      80%
                lantai 11 – 20                           85%
*            30 lantai : lantai 1 – 10                                      75%
                lantai 11 – 20                           75%
                lantai 21 – 30                           85%
*            40 lantai : lantai 1 – 10                                      75%
                lantai 11 – 20                           80%
                lantai 21 – 30                          85%
                lantai 31 – 40                          90%
       Data – data ini hanya diperuntukan keperluan perhitungan lift saja. Efisiensi bangunan sangat tergantung luas lantai yang dipakai oleh inti gedung dimana tabung lift ada didalamnya. Besarnya rongga yang dipakai sebagai tabung lift sesuai dengan tinggi gedung. Secara empiris, luas inti gedung adalah sekitar 5 – 10 X luas tabung lift.


KRITERIA PELAYANAN ELEVATOR
1.       Waktu Menunggu (Interval, Waiting Time)
        Waktu menunggu sama dengan waktu perjalanan bolak – balik lift dibagi jumlah lift. Umumnya pada bangunan perkantoran waktu menunggu adalah 30 detik.
           Apabila jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban – beban puncak pada saat sibuk, maka pada perkantoran yang umumnya disewa, jumlah lift total harus ditambah 20 % - 40%, sebab sebagian lift yang didalam zone yang disewa terpakai sebagai lalu lintas antar lantai, sehingga waktu menunggu memanjang sampai 90 detik atau lebih.
           Waktu menunggu juga sangat variable tergantung jenis gedung.
*      Perkantoran            25-45 detik
*      Flat                        50-120 detik
*      Hotel                      40-70 detik
*      Asrama                   60-80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift, yakni kapasitas lift X 1,5 detik per penumpang

2.       Daya Angkut Lift (Handling Capacity)
Tergantung dari segi kapasitas dan frekuensi pemuatan. Standar daya angkut lift diukur untuk jangka waktu 5 menit jam – jam sibuk (rush-hour).
Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut;

         5 menit X 60 detik X jumlah penumpang/car
HC =                          
RTl


 




                                     =        300. P                                                      


                                               I

Keterangan :
I         =        Waktu menunggu (Interval/waiting Time)
HC      =        Kapasitas pengangkutan yang dipengaruhi oleh ukuran dan frekuensi (Handling Capacity)
RT       =        waktu yang diperlukan oleh kereta dari dasar sampai puncak dan kembali ke dasar (Round Trip Time)

           Apabila, satu zone area hanya dilayani satu lift maka, waktu menunggu sama dengan waktu perjalanan bolak – balik lift.
3.       Waktu Perjalanan Bolak – Balik Lift (Round Trip Time)
        Round trip time tidak dapat dipastikan secara mutlak,sebab perjalanan lift antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang mencapai kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non stop, kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai.
           Secara pendekatan, Round Trip Time terdiri dari :
a.          Penumpang memasuki lift di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/org dan untuk lift dengan kapasitas (m) perlu waktu………………………………………………………   1,5 m detik
b.          Pintu lift menutup kembali……………………………   2       detik
c.          Pintu lift membuka disetiap lantai……………… (n-1) 2 detik
d.          Penumpang meninggalkan lift disetiap lantai dalam 1 zone sebanyak (n-1) lantai :
(n-1)X m/n-1 X 1,5 detik…………………………………  1,5       detik
e.          Pintu lift menutup kembali disetiap lantai
tingkat. ……………………………………………………………   (n-2)2 detik
f.         
2(n-1)h
s
Perjalanan Bolak – balik dalam 1 zone…………

g.          Pintu membuka di lantai dasar………………………      2  detik
Jumlah :                                  T =    (2h + 4s)(n-1) + s (3m+4)
                                                                               s
Keterangan :
T      =         waktu perjalanan bolak – balik lift
h       =         tinggi lantai sampai dengan lantai
s       =         Kecepatan rata – rata lift
n       =         jumlah lantai dalam satu zone
m      =         kapasitas lift
PHC  =         Persentase empiris terhadap penghuni bangunan yang
                   terangkat dalam 5 menit pertama pada jam sibuk.

BANGUNAN
PHC
BP
Kantor
5 – 13 %
6 – m2/org
Apartemen
5 – 7 %
1,5 m2/org
Hotel
10 – 15 %
1,3 m2/org


Contoh Soal untuk Menghitung Kebutuhan Lift
*      Suatu bangunan bertingkat, berfungsi sebagai tempat bangunan umum.
  Jumlah lantai : 14 lantai
   Luas Lantai : 1.200 m2/lantai
  Tinggi lantai ke lantai : rata – rata 4 m
Standar perhitungan kereta lift yang digunakan :
Ø   PHC untuk bangunan umum = 5 – 13 % max
Ø   D untuk bangunan umum 6 – 10 m2 untuk setiap orang pada luas bangunan atau 6 – 8 m2 untuk setiap orang pada luas bangunan setelah dikurangi luas core . (fasilitas bangunan)
Ø   Kecepatan kereta untuk kecepatan bangunan 14 lantai = 180 – 120 m/menit.
Ø   Kapasitas penumpang (tipe 21) 21 orang
Ø   Jumlah penumpang = 80% X 21 org = 17 0orang
Rumus yang digunakan
1.     Beban puncak lift
L          =          PHC ( a – c )n
b
=          5% (1.200 – 1.,5Nx17) x14
                        6
=          140 – 2,975 N
2.    Daya angkut satu kereta dalam 5 menit
HC     =        5 x 60 x P
                        RT
          =        300 P
                     RT
3.    Round Trip time
*         Pintu lift membuka di lantai dasar                     =        2 detik
*         Penumpang masuk 1,5 detik x 17 org                  =        22,5 detik
*         Pintu Lift menutup kembali                               =        2 detik
*         Pintu lift membuka di setiap lantai
(n-1) x 2 detik  = (14-1)x 2 detik                      =        26 detik
*         Penumpang meninggalkan kereta di setiap lantai
= 1,5 detik x 17 orang                                       =        25,5 detik
*         Pintu lift menutup kembali di setiap lantai
= (n-1) x 2 detik = (14-1)x 2 detik                     =        26 detik
*         Perjalanan Kereta pulang pergi
    =        2 (n-1)t        2(14-1)4m
                  s                 3,5                              =        29,7 detik
*         Pintu lift membuka di lantai dasar                     =        2 detik
Sehingga RT                                    =   140,2 detik
4.    Daya angkut N kereta dalam 5 menit
HCN    =        300 P.N
                        RT
          =        300x 17x N
                     140,2
          =        36,37 N
5.    Persamaan L = H
L                          =     H
PHC ( a – c )n                =     300 P.N
          b                                         RT

sehingga  :

140 – 2,97 N                             =        36,37 N

          N       =        3,55 ~ 4
         
                   Jadi, jumlah lift untuk melayani suatu bangunan umum 14 lantai dengan luas lantai 1200 m2/lantai adalah 4 buah.











BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1    KESIMPULAN
*           Alat transportasi dalam gedung merupakan sarana yang dimanfaatkan manusia dalam memperlancar aktifitas dalam hal ini sirkulasi perpindahan. Yang termasuk dalam transportasi dalam gedung antara lain, tangga yang paling konvensional, escalator, konveir serta lift.
*     Syarat – syarat peletakan tangga
*                      Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.
*                      Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
*                      Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya harus diletakan dekat pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung menuju halaman luar.
*                 Enam struktur pendukung tangga antara lain, pondasi tangga, ibu tangga, anak tangga,pegangan tangga, pagar tangga dan bordes.
*                 Macam bentuk dan ragam tangga antara lain tangga lurus, tangga lengkung, tangga miring atau zig-zag, tangga melingkar serta tangga siku.
*                       Selain tangga permanent, banyak juga yang menggunakan tangga yang digerakan oleh mesin, disebut, Tangga gerak/ tangga berjalan (Eskalator). Eskalator bergerak naik atau turun untuk membawa penumpang tanpa harus melangkah. Eskalator hanya dapat bergerak satu arah saja, naik atau turun. Apabila menghendaki kedua arah, eskalator dapat dipasangkan secara pararel, satu untuk naik dan satu untuk turun. Sangat berbahaya bila orang melangkah ke arah berlawanan dengan arah gerakan tangga ini, karena mudah tergelincir.
*                       Conveyor adalah satu alat angkut untuk orang ataupun barang dalam arah mendatar (horizontal). Conveyor hampir mirip dengan Eskalator, hanya saja dipasang dalam keadaan datar ataupun miring pada derajat <10°. Alat ini berupa suatu plat tempat ijakan yang terpotong- potong dan dihubungkan satu sama lain dengan rantai dan dinding sebagai alat pegangan. Jarak jangkauan alat ini tergantung dari kebutuhan dengan lebar untuk dua orang.
*                          Lift dapat dipasang pada bangunan – bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai karena kemampuan orang untuk naik turun menjalankan tugas atau keperluannya dalam bangunan tersebut hanya mampu dilakukan sampai 4 lantai.
*                          Menurut fungsinya, lift dibagi menjadi 4, antara lain lift penumpang ( passenger elevator ), digunakan untuk mengangkut manusia,lift barang ( fright elevator ), digunakan untuk mengangkut barang,lift uang/ makanan (dump waiters ),lift pemadam kebakaran, seringkali lift ini juga difungsikan untuk mengangkut barang.
*                 Gedung keuangan Negara memiliki dua jenis alat transportasi dalam banguanan yakni, elevator/lift dan tangga.
*                 Ada du buah lift dengan jenis buatan pabrik yang berbeda yakni merk otis dari Japan dan fuji yada dari China. Yang mempengaruhi kualitasnya.

4.2    SARAN
Sarana transportasi dalam gedung sangat diperlukan, apalagi gedung tersebut merupakan gedung berlantai banyak. Untuk gedung yang terdiri dari empat lantai keatas ada baiknya menyediakan sarana lift untuk memperlancar aktifitas. Gedung Keuangan Negara memiliki dua buah lift yang mencukupi pelayanan eman lantai dalam gedung tersebut. . Lift yang menggunakan perletakan mesin di atas ini juga sangat baik untuk digunakan, mengingat Gesung Keuangan memiliki enam tingkatan lantai
           Selain lift yang telah memenuhi standart tersebut, adanya tangga yang cukup nyaman untuk digunakan juga membantu pelayanan transportasi dalam gedung ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pekerja kantor (bertempat di8 lantai dua dan tiga), yang lebih menggunakan tangga dari pada lift.
Tangga daruratnya pun memiliki akses ke luar, sehingga mempermudah dalam proses penyelamatan.















































4 comments:

  1. sayang sekali sumbernya tidak dicantumkan

    ReplyDelete
  2. Saya mau tanya, untuk data penaksiran jumlah penghuni dalam gedung, sumber nya dari mana ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. untuk jumlah kepadatan pengunjung atau gedung bisadi cek berdasarkan SNI pak

      Delete